Total Mind Learning (TML) adalah suatu teknologi pembelajaran yang revolusioner yang mengubah cara pandang seseorang terhadap belajar sehingga dapat mengoptimalkan proses pembelajaran tersebut. Belajar sebagai kebutuhan alami manusia bukanlah hanya berputar pada mengajarkan dan diajarkan lagi saja, namun merupakan segala sesuatu yang terjadi pada suatu individu yang meliputi pengalaman mental dan fisik yang dapat mengubah diri suatu individu tersebut baik dalam prilaku maupun dalam pemikiran. Begitulah seharusnya cara pandang kita terhadap belajar.
Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diketahui, yaitu tentang otak, pikiran, dan pemikiran.
Otak merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang merupakan pengontrol berbagai hal yang terjadi pada tubuh individu. Di dalam otaklah semua aktifitas berpusat, mulai dari yang secara sadar kita lakukan maupun yang tidak secara sadar kita lakukan. Dalam proses pembelajaran, otak sebagai tempat pusat aktifitas yang berhubungan dengan pengolahan informasi, mulai dari mengambil informasi, memproses informasi, menyimpan informasi, dan mengeluarkannya lagi ketika dibutuhkan. Di dalam otak, informasi diolah oleh pikiran sebagai pengolahnya dan pemikiran sebagai acuannya kemana informasi itu akan ditempatkan. Pikiran bekerja secara asosiatif, maka ketika kita membutuhkan suatu informasi yang sudah tersimpan di otak, pemikiran akan mengarahkannya untuk terhubung dengan informasi lain yang berkaitan. Jadi, otak manusia itu seperti perpustakaan informasi yang datanya bisa dimunculkan kapan saja ke permukaan ketika diperlukan.
Pikiran manusia bekerja dengan dua cara, yaitu secara sadar (conscious) dan secara bawah sadar (non-conscious). Pikiran sadar merupakan pikiran yang kita gunakan dalam menjalani aktifitas sehari-hari yang proporsinya hanya berkisar sekitar 10% dari kemampuan pikiran seseorang. Proporsi terbesar, yaitu 90% adalah pikiran bawah sadar yang berhubungan dengan pengalaman dan pemahaman yang tanpa kita sadari terjadi bersamaan ketika aktifitas sehari-hari itu terjadi, dan pikiran bawah sadar mengambil informasi tersebut sebagai memori imajinatif yang berperan cukup besar dalam intelejensi seseorang. Pikiran bawah sadar ini juga berhubungan dengan kebiasaan seseorang, karena itu sulit untuk mengubah kebiasaan seseorang karena kebiasaan tersebut tidak dilakukan secara sadar.
Kondisi pikiran sadar atau bawah sadar ini berhubungan dengan gelombang yang dihasilkan oleh otak. Terdapat empat macam pola gelombang otak yang mempengaruhi pikiran seseorang, yaitu Beta, Alpha, Theta, dan Delta. Beta merupakan gelombang otak paling tinggi yang meliputi konsentrasi dan kesadaran. Alpha merupakan tingkatan dibawahnya yang meliputi relaksasi dan permulaan memasuki kondisi bawah sadar. Kemudian ada Theta yang meliputi kreatifitas, imajinasi, emosional, dan akses ke kondisi bawah sadar. Delta merupakan gelombang otak paling rendah yang meliputi kondisi non-fisik dan akses pada kondisi bawah sadar. Dengan kata lain, semakin tinggi gelombang otak maka pikirannya semakin bekerja secara sadar, dan semakin rendah gelombang otak maka pikirannya semakin bekerja secara bawah sadar. “Lalu di gelombang otak manakah fase lucid dreaming itu terjadi?”(lucid dreaming merupakan proses pembelajaran luar sadar).
Pikiran sadar dan bawah sadar juga berkaitan dengan proses pengolahan informasi. Informasi disekitar kita yang merupakan realita eksternal (pikiran sadar) diserap oleh panca indera menjadi realita internal (pikiran bawah sadar), yaitu suatu bentuk penyederhanaan informasi yang dapat ditangkap oleh panca indera yang kemudian disimpan di dalam pikiran. Realita internal ini memiliki hubungan bolak balik dengan realita eksternal. Maksudnya adalah, ketika suatu realita eksternal terjadi disekitar suatu individu (dengan kata lain suatu fakta), maka pikiran individu tersebut akan meyimpannya sebagai realita internal (berupa pengalaman atau pemahaman pribadi), baik itu sifatnya positif maupun negatif, dan ketika individu tersebut mengalami atau sekedar diingatkan pada realita eksternal yang sama, maka realita internal yang sudah tersimpan akan muncul kembali (ingat bahwa pikiran manusia bekerja secara asosiatif). Jika realita internal yang muncul tersebut merupakan hal yang positif maka kemungkinan realita eksternal yang akan terjadi akan positif juga, dan jika realita internal yang muncul merupakan hal yang negatif, maka realita eksternal yang akan terjadi akan negatif juga. Karena itu individu yang berhasil dapat semakin berhasil karena individu tersebut memiliki realita internal yang positif, dan individu yang gagal dapat semakin gagal karena individu tersebut memiliki realita internal yang negatif yang akan mempengaruhi cara individu tersebut menyikapi realita eksternal yang sedang terjadi. Siklus ini tidak akan terjadi jika individu tersebut dapat melakukan seleksi informasi, jadi hanya informasi baik dan yang diperlukan saja yang menjadi realita internal individu untuk membuat individu tersebut lebih baik dan lebih baik lagi.
Seleksi informasi ternyata dapat dilakukan oleh suatu bagian otak yang disebut dengan Reticular Activating System (RAS), yaitu suatu mekanisme yang terjadi di otak yang hanya mempersilahkan beberapa kategori informasi untuk masuk dan disimpan, yaitu informasi-informasi yang penting untuk keselamatan individu, memiliki nilai kebaruan, dan memiliki kandungan emosional. RAS ini bekerja seperti suatu antivirus yang langsung menghapus virus terdeteksi yang mencoba masuk ke dalam bank data.
Informasi-informasi yang telah melalui seleksi ini yang nantinya akan menjadi realita internal. Realita internal ini menjadi sangat penting karena berpengaruh terhadap pemahaman suatu individu terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Realita internal tersebut seperti suatu kepercayaan pada satu individu yang mengarahkan mereka untuk berperilaku dan bertindak. Realita internal ini diperoleh dengan mengalami sendiri suatu realita eksternal, sehingga pengalaman individu akan membentuk pemahaman mendasar akan suatu hal. Untuk mendapatkan realita internal yang positif individu terlebih dahulu harus memiliki pemikiran dasar bahwa kegagalan merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat berubah menjadi kesuksesan. Dengan begitu ketika individu tersebut gagal akan suatu hal, maka individu tersebut dapat menjadikan kegagalan tersebut sebagai suatu motivasi untuk sukses.
Dengan adanya realita internal yang membangun dan pemanfaatan pikiran bawah sadar secara maksimal, maka suatu proses pembelajaran akan menjadi optimal, efektif dan efisien.
pertamax gan
BalasHapus