Halaman

Rabu, 20 April 2011

Rumah Akar Kota Tua "Heritage's Class Version"

Kota Tua Jakarta tidak diragukan lagi merupakan salah satu kawasan bersejarah di Indonesia. Sebagai pusat pemerintah Belanda pada masa kolonial, daerah Kota Tua yang dulunya disebut Batavia ini mendapat banyak pengaruh dari Eropa, khususnya dalam bidang arsitektur. Atmosfir Eropa di kawasan ini sangat kental terasa, mulai dari jalanan, tembok-tembok bangunan dengan jendela-jendela kaca besar, tinggi bangunan di kiri kanan jalan, sampai detail-detail dekorasi kusen pintu dan jendela. Walaupun bangunannya sudah banyak yang tidak utuh lagi, namun berjalan di area ini saya merasa berada pada masa dimana nona-nona Belanda masih ada disana lengkap dengan topi dan gaunnya sambil membawa anjing untuk berjalan-jalan. Sejarah kota tua ini dapat dibaca di Kota Tua Kota Kenangan. Pasti akan seru jika kita hidup di masa itu *tidak termasuk peperangannya ya..
Dari banyaknya bangunan tua yang berada di Old Batavia tersebut, ada sebuah bangunan yang cukup menarik perhatian karena kondisi bangunannya sendiri. Orang-orang biasa menyebutnya dengan Rumah Pohon atau Rumah Akar. Bangunan ini terletak di jalan Kali Besar Timur, tepatnya berada di deretan belakang bangunan Museum Wayang sekarang.

Bangunan yang terletak di sudut jalan ini cukup menarik perhatian karena banyaknya akar yang merambat keluar di dinding dari dalam bangunan. Akses untuk masuk ke dalam bangunan ini sebenarnya tidak sulit, namun karena pemilik bangunan ini mengelolanya untuk menjadi bangunan komersil, maka siapa saja yang ingin mengabadikan moment-moment seru di dalam bangunan tersebut harus mau mengeluarkan uang untuk biaya sewanya. Bangunan ini sering sekali digunakan untuk foto pre-wedding, foto model session biasa, atau untuk narsis-narsisan bersama teman dengan biaya Rp 100 ribu/jam nya. Mungkin harga yang cukup pantas untuk mendapatkan kualitas ruang yang unik, dengan nuansa eksotis dan sedikit spooky.

Pada awalnya bangunan dua lantai ini dibangun sebagai kantor perniagaan Belanda. Bangunan inipun pernah menjadi gereja, namun lalu terbakar dan atapnya roboh. Bangunan ini dibiarkan begitu saja, dan seiring berjalannya waktu, bangunan inipun ditumbuhi banyak pohon yang kini berukuran lumayan besar. Akar dari pohon-pohon tersebut merambat sampai keluar gedung. Disinilah awal mulanya kenapa bangunan yang berwarna merah pudar tanpa atap ini disebut dengan Rumah Akar atau Rumah Pohon.

Memasuki bagian dalam bangunan seperti memasuki dunia narnia, cuma bedanya tidak ada salju disana :p. Di pintu masuknya sendiri dikawal oleh akar pohon yang merambat dari ruangan di sebelahnya. Bagian dinding dalam yang tidak ditutupi akar sekilas terlihat seperti chapel dengan cerukan-cerukan kecil yang buntu. Bagian dalam bangunan ini full decorated dengan pohon dan akar, di salah satu area yang dulunya terlihat seperti ruang utama di bangunan ini bahkan sudah beralaskan tanah dengan pohon-pohonnya yang menjulang tinggi, seperti bagian kecil dari hutan. Yang tersisa dari lantai dua bangunan ini hanya sebuah ruangan yang menghadap ke Kali Besar, namun sayang, ruangan yang bermaterialkan kayu ini sudah sangat rapuh sehingga mengeluarkan bunyi berdecit setiap kali diinjak, tapi view dari ruangan ini bisa dikatakan cukup okelah.

Bangunan ini cukup populer loh untuk area foto pre-wedding. Setiap saya kesana untuk kelas heritage, pasti selalu ada yang sedang melakukan foto session. Di pintu masuknya ada penjaga yang memegang kunci bangunannya, so kalau mau foto-foto di dalam bangunan tersebut, jangan lupa untuk siapkan budget anda :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...