Halaman

Kamis, 01 November 2012

Tentang Dia

tentang dia, yang hanya bisa kuceritakan pada kertas melalui pena,
tentang dia yang pernah menjadi alasan senyum dan tangisku,
tentang dia yang pernah sangat berarti lalu pergi.

dia tidak tau aku begitu rela membatasi pergaulan dan aktifitasku hanya untuk menjaga perasaannya demi sesuatu yang aku sebut komitmen,
namun baginya, komitmenku mengekangnya dan tidak sepenting itu untuk menjaga perasaanku,
yasudahlah, dia hanya tidak tau artinya ketulusan dan loyalitas.

dia tidak ingat bagaimana cemburunya dia saat seseorang dari masa laluku mencoba menghubungiku hingga untuk membuatnya tenang aku menutup semua aksesku untuk masa lalu,
namun dengan mudahnya dia selalu mengambil kesempatan untuk berhubungan dengan masa lalunya, tidak satu atau dua, tapi hampir semua masa lalu - masa lalunya itu, bahkan dia mampu berkata-kata manis sembari sesekali memperolokku bersama masa lalu - masa lalunya itu,
yasudahlah, dia hanya tidak tau arti kesetiaan dan kepercayaan.

dia tidak ingat dia pernah begitu sangat marah ketika aku menemui teman-teman lelaki perantauanku yang datang berkunjung dari luar kota walau sudah kukantongi izin darinya, hingga untuk menghargainya sebagai seorang kekasih sampai saat ini hanya dia satu-satunya lelaki yang aku temui dan aku ajak bicara,
namun saat seorang teman perempuannya dan masa lalunya menghubunginya untuk makan siang bersama, tanpa ragu dia langsung menemuinya tanpa pernah sedikitpun meminta izin padaku, bahkan memikirkanku saja aku rasa tidak,
yasudahlah, dia hanya tidak tau arti kejujuran dan berlaku adil.

dia tidak ingat aku dan dia pernah punya mimpi besar bersama hingga aku tuntun mimpiku sendiri untuk dapat berdampingan dengan mimpinya,
namun baginya sekarang hanya ada dirinya dan mimpinya sendiri, tanpa aku dan mimpiku,
yasudahlah, dia hanya ingin berhasil sendiri.

dia tidak ingat aku pernah begitu mudahnya menolak tawaran pekerjaan yang mendukung mimpiku hanya untuk menemani dan membantunya membangun mimpinya hingga sekarang aku tergantung dalam keabu-abuan mimpiku sendiri,
namun dengan teganya dia menganggapku bukan orang yang tepat untuk dapat mendukung mimpinya dan dia menutup mata akan perjanjian lisan yang pernah dia utarakan, bahkan dia pernah sangat tega membiarkanku pulang dengan uang hanya dua ratus ribu rupiah saja dari perantauanku untuk lebaran,
yasudahlah, dia hanya tidak dapat melihat ketulusanku dan tidak pernah merasakan jadi anak perantau.

dia tidak tau begitu lelahnya aku harus melintasi hiruk pikuk empat kota seharian hanya untuk mengunjungi dia sekedar memberi sedikit bentuk perhatian dan dukungan di sela-sela sibuknya,
namun baginya sedikit keluhan dan pinta manjaku menjadi hal yang sangat menggangu dan melelahkannya hingga dia muak memberi waktu untuk keinginanku,
yasudahlah, hanya aku yang terlalu berharap banyak.

dia tidak ingat bagaimana aku selalu rela bersusah payah berhimpitan di dalam kereta super padat demi menjaga dan menghantarkan kue ulang tahun untuknya, adiknya, dan ibunya, hanya agar aku dapat sedikitnya ikut memeriahkan acara spesial itu,
namun baginya terlalu menyusahkan menyiapkan kue ulang tahun untukku,
yasudahlah, hanya aku yang terlalu menganggap hari itu spesial.

dia tidak ingat ketika dia pernah begitu tulus meminta maaf dan merasa sangat menyesal karna pernah mengacuhkan perkataanku hingga kecelakaan menghampirinya,
namun sekarang baginya setiap masalah yang datang menghampirinya adalah salahku juga untuk kerusakan yang terjadi disekelilingnya yang bahkan tidak tersentuh olehku adalah karna aku hingga akhirnya aku terdiam kehabisan kata,
yasudahlah, hanya aku yang mungkin memang tidak membawa keberuntungan untuknya.

dia hanya ingat kalau aku begitu arogan, begitu keras kepala, tidak pengertian dan kekanak-kanakkan, hingga dia menganggapku tidak pantas dibanggakan dan dipertahankan olehnya,
yasudahlah, tidak akan ada lagi dia, hanya aku, dan aku tidak ingin menyimpan kenangan tentang dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...