Halaman

Kamis, 06 Januari 2011

TML (Total Mind Learning) Lanjutan

Pengenalan lebih lanjut mengenai TML (Total Mind Learning).

TML (Total Mind Learning) memiliki tiga bahasan inti yang harus dikembangkan, yaitu:

1. Attitude
Attitude merupakan pengalaman untuk menjelajah dalam membentuk pola pikir seseorang. Maksudnya adalah, setiap orang pasti memiliki tujuan yang harus dicapai, ada outcome yang diinginkan yang harus dipenuhi. Dalam proses menuju outcome tersebut akan datang hambatan-hambatan yang mengharuskan kita untuk menghadirkan solusi. Solusi-solusi ini muncul dari pemikiran yang kreatif, tentunya akan sangat beragam. Solusi tersebut bisa saja langsung berhasil dan bisa saja tidak, dan jika tidak berhasil maka itu akan menjadi suatu pembelajaran yang berharga yang akan berguna di masa depan. Disinilah akan terbentuk pola pikir kita, yaitu melalui pembelajaran-pembelajaran tersebut.

2. Belief
Belief merupakan keyakinan yang harus ditumbuhkan dalam diri setiap orang. Pada dasarnya, setiap orang dapat menjadi apa saja yang dia inginkan apabila didasari dengan keyakinan bahwa ‘saya mampu’ dan ‘saya harus bisa’. Dengan adanya keyakinan tersebut maka akan ada perubahan. Agar perubahannya terarah maka perlu suatu role model yang dapat diadaptasi demi perubahan ke arah yang seharusnya untuk mencapai outcome yang diinginkan. Beberapa quote di hari tersebut adalah “all action and all skill can be modelled” dan “semua orang berfungsi secara sempurna” maka “there’s no failure only feedback”. Oleh karena itu, jangan pernah merasa gagal dalam melakukan sesuatu, tapi jadikan ketidakberhasilan itu sebagai proses belajar.

3. Technology
Technology merupakan aplikasi dari ilmu pengetahuan. Dengan mengembangkan attitude dan belief, maka dapat mengembangkan technology di dalam diri sendiri, diantaranya adalah cognitive development. Dan konsentrasi, memory, dan membaca merupakan salah satu bagian dari cognitive development.

Memory memiliki enam prinsip, yaitu:
1. Pikiran sadar (buffering) dan pikiran luar sadar (skill)
2. Mengingat tidak sama dengan menghapal
3. RM (Representasi Mental)
4. Asosiasi
5. Karakteristik (excitement)
6. Passion

TML itu sendiri memiliki framework yang berupa:
1. Outcome yang terinci berdasarkan SMART (specify, measurable, as if now, realistic, timed) penjelasan tentang hal ini dapat dilihat di Sebuah Langkah Kecil Pertama
2. Rapport yang berisi progres dan parameter.
3. Fleksibel dalam prosesnya, terdapat trial and error dan parameter yang dapat berubah.
4. Ecology yang mendukung, sehingga perubahan tersebut dapat sesuai dengan lingkungan dan masa depan agar bekerja secara optimal.

TML bekerja berdasarkan scientific method, ada catatan dan parameter yang terukur jelas. Goals seseorang dipersiapkan dan diarahkan dengan beberapa metode, beberapa solusi. Kembali lagi bahwa jika tidak berhasil dengan solusi yang satu maka ada solusi yang lainnya, dan hal tersebut bukan merupakan kegagalan. Kenapa kita harus menanamkan bahwa hal tersebut bukan merupakan suatu kegagalan? Karena pikiran dan tubuh manusia itu terhubung oleh sebuah cybernatic loop. Pikiran menciptakan, tubuh menerima, dan begitu seterusnya siklus ini berjalan. Ketika pikiran menerima bahwa dia mengalami suatu kegagalan akan suatu hal, maka tubuh akan bereaksi terhadap hal tersebut. Jadi, ketika suatu saat tubuh menerima hal yang sama, maka pikirannya akan me-remind kembali keadaan yang lalu, hal ini disebut sebagai RM (Representasi Mental), yang akan terjadi selanjutnya adalah pikiran negatif dan keyakinan akan tidak berhasil “lagi”. Untuk itu perlu suatu pemahaman bahwa kegagalan itu sebenarnya merupakan pembelajaran yang sangat berguna untuk menghindari kegagalan berikutnya, dengan begitu RM yang terjadi adalah untuk mencari solusi yang lebih baik.

RM (Representasi Mental) merupakan hasil dari pemikiran, dan merupakan inti dari TML itu sendiri. Sebelumnya akan saya jelaskan secara singkat hubungan dari otak, pikiran, dan pemikiran. Otak memiliki empat macam gelombang, secara berurutan yaitu: betha (β), alpha (α), tetha (θ), dan delta (Δ). Pikiran terdiri atas pikiran sadar dan pikiran luar sadar. Proses peralihan dari pikiran sadar ke luar sadar menghasilkan konsentrasi. Perubahan pikiran tersebut ditandai dengan perubahan gelombang otak, gelombang otak betha (β) merupakan gelombang otak pada saat seseorang sadar sepenuhnya dan menggunakan pikiran sadarnya. Gelombang otak alpha (α) dan tetha (θ) merupakan gelombang otak pada saat seseorang berada di pikiran luar sadarnya. Di gelombang otak ini, seseorang tersebut sangat mudah menerima sugesti dari luar karena tingkat konsentrasi yang dimiliki gelombang otak ini berada diantara kondisi sadar dan luar sadar. Gelombang otak terakhir yaitu gelombang delta (Δ) merupakan gelombang otak dimana seseorang tidur dengan sangat lelap tanpa bermimpi atau berfikir sedikitpun. Pikiran sadar dan pikiran luar sadar ini akan menghasilkan suatu pemikiran berupa RM (Representasi Mental) yang pastinya akan berbeda di setiap individu (subjective experience). RM merupakan pemahaman individu yang memiliki karakter berupa excitement. RM ini bekerja dengan dua cara, yaitu secara asosiasi dan secara disosiasi. Secara Asosiasi maksudnya adalah individu tersebut berperan sebagai orang pertama di dalam RMnya. Disosiasi maksudnya adalah individu tersebut berperan sebagai orang ketiga di dalam RMnya, jadi dia akan melihat dirinya sendiri di dalam RM tersebut.

Lalu, kondisi mana yang lebih baik?
Contoh kasus untuk mengerti perbedaan antara asosiasi dan disosiasi tersebut adalah:
Bayangkan jika diri anda sedang memegang sepotong jeruk nipis, bayangkan seolah-olah jeruk nipis tersebut benar-benar berada di tangan anda saat ini, dan anda dapat melihat tangan anda memegang jeruk nipis tersebut, lalu perlahan-lahan dipikiran anda tersebut anda menetaskan air jeruk nipis tersebut ke lidah anda seolah-olah anda memang sedang melakukannya, bayangkan bagaimana rasa jeruk nipis tersebut, bayangkan bagaimana asamnya. Ketika hal itu anda lakukan maka yang terjadi adalah mulut anda akan memproduksi cairan lebih banyak dari normalnya karena anda akan merasakan bahwa anda benar-benar sedang melakukannya. Ini adalah contoh dari asosiasi.
Selanjutnya, kini bayangkan anda ada di sebuah siaran televisi dan “melihat diri anda” sedang melakukan hal yang sama. Yang akan terjadi adalah, anda tidak akan merasakan rasa jeruk nipis tersebut karena disini anda hanya berperan sebagai penonton bukan pelaku. Ini merupakan contoh dari disosiasi.

Kedua kondisi tersebut merupakan kondisi yang baik jika dilakukan pada keadaan yang tepat. Maksudnya adalah untuk menghilangkan RM yang negatif di dalam pikiran anda, maka sangat baik bila dilakukan secara disosiasi, dengan begitu intens emotion akan hal yang negatif tersebut dapat berkurang sampai menghilang, sehingga jika suatu saat anda dihadapkan pada hal tersebut, maka anda tidak akan bereaksi negatif. Sebaliknya, untuk memunculkan RM yang positif akan suatu hal, maka dilakukan secara asosiasi, dengan begitu intens emotion akan hal yang positif tersebut dapat semakin besar dan semakin kuat.

Sekian dan semoga bermanfaat bagi anda. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...